"Tentu, seperti yang saya bilang, aksi serupa ya hanya mungkin terjadi di negara demokratis yang dipimpin oleh seorang presiden yang demokratis. Kita tau di negara-negara yang represif ya," kata Raja Juli saat dihubungi, Senin (3/12/2018).
Bahkan, dirinya membandingan pada masa zaman orde baru, yang dinilai sangat sulit melakukan pertemuan. Apalagi dengan jumlah massa yang cukup banyak.
"Bahkan dulu di zaman orde baru, zaman saya awal-awal mahasiswa dulu, sangat tidak mungkin orang bertemu 5-7 orang aja ada intelnya," ungkap Raja.
Sehingga, menurutnya, hampir mustahil acara aksi Reuni 212 terlaksana jika Jokowi anti demokrasi. "Itu tak akan terjadi kalau seandainya Jokowi bukan seorang demokrat sejati," katanya.
Reuni akbar 212 digelar pada Minggu, (2/12/2018). Dalam kegiatan itu, sejumlah tokoh nasional ikut hadir seperti calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, dan Ketua MPR Zulkifli Hasan.(ts)