Yaqut menuntut permohonan maaf lantaran cuitan Osamah yang menyebut secara tidak langsung GP Ansor sebagai organisasi sesat dan menyimpang (Al-Jama'at Al-Munharifah).
"Meminta klarifikasi dan meminta maaf dari Yang Mulia Duta Besar Kerajaan Arab Saudi sehubungan dengan masalah unggahan," ujar Yaqut dalam surat permohonan koresponden diplomatik GP Ansor, Senin (3/12/2018).
Melalui akun twitter pribadinya, Dubes Osamah menyebut aksi pembakaran bendera tauhid dilakukan oleh organisasi yang menyimpang. Hal ini disampaikan Dubes Osamah saat mengomentari aksi reuni 212.
"Massa yang berjumlah lebih dari satu juta berkumpul demi menyatakan persatuan umat Islam merupakan reaksi keras terhadap dibakarnya bendera tauhid (Royah At-Tauhid) oleh seorang dari pihak organisasi menyimpang (Al-Jama'at Al-Munharifah) kurang lebih sebulan yang lalu," tulis Osama dalam cuitannya yang kemudian telah dihapus.
Yaqut menegaskan, yang dibakar anggota GP Ansor pada kegiatan Peringatan hari Santri di Garut merupakan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI, jelas Yaqut, merupakan organisasi yang dilarang pemerintah Indonesia dan beberapa negawa di kawasan Timur Tengah.
"Bendera yang dibakar oleh salah satu anggota kami pada kegiatan acara Peringatan Hari Santri di Umbangan Garut Jawa Barat, tertanggal 22 Oktober 2018 adalah bendera organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pemerintah juga telah menyatakan melalui beberapa media massa bahwa bendera tersebut adalah bendera HTI," tegas Yakuq dalam surat yang ditujukan kepada Menlu RI Retno LP Marsudi.